Minggu, 22 November 2009

Lima Jam Terapung Bayi 49 Hari Selamat

diposkan oleh : Ruslan Senin 23 Nop 2009 12:03 Wita

KARIMUN, SENIN - Tragedi tenggelamnya kapal Dumai Express 10 tujuan Batam-Dumai di perairan Tokong Hiu Karimun di ordinat 01 12 500 U dan 103 20 300 T, Minggu (22/11), sementara diduga karena kerasnya hantaman gelombang. Akibatnya, sisi kanan depan kapal terpecah dua.

"Dugaan sementara karena hantaman kerasnya gelombang. Bagian kanan depan kapal pecah dua," ujar Komandan Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun (Danlanal Tbk), Letkol Edwin kepada Tribun usai dievakuasi di Lanal Tbk.

Menurut saksi korban selamat, Fariz Khairumanah (24) dan Tomy Gunawan (23) dan Masdianto (29), kejadian ini diawali pecahnya sisi kanan depan kapal yang berada persis di depan bangku yang mereka duduki.

Keduanya terhenyak saat mendengar suara keras itu dan tak berapa lama terlihat bagian depan terlihat sudah terpisah dua. "Saya lihat bagian depan kapal sudah terpisah dua dan saking kerasnya TV di depan kami sampai terjatuh," ujar Fariz yang diiyakan Tomy kepada Tribun di tempat evakuasi di Lanal Tbk.

Hanya dalam hitungan detik saja, air laut sudah masuk setinggi lutut penumpang. Penumpang yang berada di urutan depan bagian bawah kapal mulai panik. "Saya lihat penumpang tidak sempat lagi ambil jaket (keselamatan) , langsung berhamburan ke bagian belakang kapal," terangnya.

Melihat kondisi itu ketiga pria yang baru saling kenal itu tak mau terlihat panik bagi penumpang lainnya. Dia berusaha tenang dan mengimbau anak-anak dan ibu-ibu didahulukan. "Tapi sayangnya banyak keluarga yang saya lihat pasrah dan diam saja di bangkunya," ungkap Masdianto.

Sekitar lima menit insiden tabrakan terjadi, seratusan penumpang lainnya sudah berada di atas kapal. Sebelumnya ada yang menyelematkan diri dengan cara melompat melalui jendela yang dipecahkan sebelumnya dan ada juga yang masih menunggu dan berharap bantuan segera datang.

"Saya lihat kapal perlahan sudah mulai tenggelam. Saya lihat tak ada satupun orang yang mau melompat dari atas kapal. Lalu saya berinisiatif menjadi yang melompat pertama, dan untungnya diikuti penumpang lainnya," ujar Fariz.

Inisiatif Fariz patut diancungi jempol, sebab jika tidak segera melompat dan menjauh dari kapal, maka korban akan bertambah banyak sebab penumpang akan terbawa arus kapal yang akan tenggelam.

"Kalau tidak melompat dan menjauh dari kapal yang sudah mau tenggelam itu, saya berpikir ini akan banyak makan korban. Sebab penumpang pasti akan ikut terbawa arus ke dasar kapal kalau kapal tenggelam. Makanya saya inisiatif lompat paling awal," ungkapnya.

Setelah melompat, Fariz berenang sebisanya. Dalam hitungan 15 menit kemudian seluruh kapal menghilang ditelan lautan. Adegan dramatis masih terjadi, ketika Fariz harus melihat bayi dan ibu-ibu muda sudah tak bernyawa satu per satu mengapung di depan matanya.

Tak berapa lama bantuan pun datang. Nelayan yang sedang berada di sekitar lokasi kejadian kemudian memberikan pertolongan kepada sejumlah korban. �Mohon sampaikan terimakasih saya ke para nelayan yang paling berjasa membantu menyelematkan kami,� ujar Fariz dan Tomy lebih lanjut. (msa)
Lima Jam Terapung Bayi 49 Hari Selamat

Insiden tenggelamnya kapal Dumai Express 10 di perairan Tokong Hiu Karimun, Minggu (2311) kemarin, menyisakan cerita menakjubkan akan kekuasaan-Nya. Seorang bayi berusia 49 hari selamat dari gempuran derasnya gelombang laut ketika puluhan korban lainnya tenggelam dan masih menghilang.

Bocah itu bernama Sam Patrick. Hingga proses evakuasi di Pangkalan TNI AL Tbk, orangtuanya Jontary dan istri terlihat tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur. Sejumlah warga yang menyaksikannya juga terlihat haru, ibu-ibu rumah tangga juga terlihat turut menitikan air mata.

"Saya hampir tak percaya kami bisa selamat ada di sini," ujar Jontary kepada Tribun sementara matanya terlihat sembab karena menangis saat itu. Jontary rencana akan pulang dari Batam ke Medan melalui pelabuhan Dumai sebelum peristiwa naas itu akhirnya terjadi.

Diceritakan kalau dia, istri dan anaknya Sam Patrick selamat berkat bantuan yang Maha Kuasa mengingat kejadian tersebut di luar nalarnya. Pasalnya Jontary memperkirakan dia dan keluarganya terapung di laut sekitar lima jam di tengah hempasan gelombang laut setinggi tiga meter.

Jontary mengatakan berenang bersama sekitar enam orang lainnya dengan cara saling berpegangan. Sekitar lima jam mereka mengaku terapung. �Bayi saya yang pegang, dan anak saya yang satu lagi, Wilma entah kemana,� ujar Jontary di tengah isak tangisnya.

Tak beberapa yang dicari-cari, Wilma (4,5) yang awalnya tidak diketahui ayah ibunya dibawa keluar seorang petugas dari ruangan evakuasi lainnya. Suasana dramatis terlihat saat itu. Jontary dan isterinya tak kuasa menahan tangis, dipeluknya erat-erat.

Tak selang berapa adegan pertemuan yang berlangsung dramatis itu terjadi, Jontary dan keluarganya langsung dievakuasi ke RSUD Karimun untuk mendapatkan pengecekan kesehatan dan perawatan medis selanjutnya. (msa)

Sesalkan Sikap ABK Kapal

Sikap menenangkan penumpang yang dilakukan anak buah kapal (ABK) Dumai Express justeru disayangkan sejumpang penumpang selamat. ABK dinilai tidak tanggap menghadapi kemungkinan bencana tenggelamnya kapal dengan cara hanya menenangkan penumpang tanpa memberikan solusinya penyelematan.

Sejumlah penumpang mengaku kecewa kepada ABK kapal itu karena dianggap tidak memberikan jaket keselamatan (lifejacket) padahal suasana sudah panik dan kapal akan segera tenggelam.

"Sudah tahu kapal akan tenggelam dan hancur, kita masih disuruh tenang. Seharusnya mereka memberikan pelampung kepada ibu-ibu dan anak-anak, bukan cuma bisanya malah bilang semua harap tenang saja," ujar Tomy Gunawan saat dievakuasi di Lanal Tbk kemarin.

Juga masih terngiang di telinga Masdianto dan Fariz ketika para para ABK mengimbau agar para penumpang tetap tenang dan kejadian seperti itu biasa terjadi. �Katanya ini sudah biasa. Sudah biasa terjadi. Setelah mereka lihat kapal mulai tenggelam mereka malah menyelematkan diri masing-masing,� terang ketiganya.

Kekecewaan ketiga pemuda tersebut di atas beralasan. Pasalnya jika saja ABK menyiapkan pelampung dan memberikan arahan penggunaan lifejacket, kemungkinan korban selamat lebih banyak. �Saya menangis dan tak tega melihat mayat-mayat mengapung tepat di depan mata saya, sementara saya tak bisa menolongnya.

Ada ibu-ibu dan anak-anak yang masih kecil-kecil,� ujar Masdianto.
Sekitar 10 ABK dikabarkan selamat dari tenggelamnya kapal tersebut. Termasuk juga nakhoda kapal, John Hutajulu tampak sehat wal afiat ketika berada di Lanak Tbk untuk mengikuti pemeriksaan petugas. Ketika akan dikonfirmasikan Tribun terkait hal ini, sebagian besar mereka menolaknya

Setelah anda membaca berita ini apa komentar anda

0 komentar: