Kapal Nelayan Tala Pecah Dihantam Ombak
PELAIHARI, SENIN - Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Tanahlaut (Tala) sejak tiga hari terakhir mulai menimbulkan dampak negatif. Cuaca di lautan cenderung memburuk, bahkan satu kapal nelayan di Desa Takisung pecah.
Musibah tersebut menimpa Rusdani, waga RT 6 Desa Takisung. Kapalnya hancur akibat terjangan ombak besar lalu menghantam sirig beton permukiman setempat, Sabtu (21/11) malam.
Rusdani sedang mengumpulkan serpihan kayu kapalnya saat ditemui, Minggu (22/11). Bapak satu anak ini masih menebar senyum kendati bola matanya tampak nanar.
"Apes saya, Pak. Kapal saya jadi hancur begini. Padahal kapal ini satu-satunya sumber penghidupan keluarga saya. Saya sekarang bingung, tak tahu lagi bagaimana menghidupi anak istri," kata Rusdani.
Kapalnya memang rusak parah. Bentuknya pun nyaris tak bisa dikenali lagi. Beruntung mesinnya masih bisa diselamatkan, kendati harus dibongkar total karena sempat terendam air selama puluhan menit.
Rusdani telah memeriksa seluruh detil kapalnya. "Kerusakannya parah sekali. Tidak bisa diperbaiki lagi, karena bagian dasarnya pun pecah," kata Rusdani.
Semula Sabtu subuh, Rusdani bermaksud melaut namun urung karena cuaca yang kurang bersahabat yakni angin kencang dan ombak cukup besar. Kapalnya lalu ia tambatkan di belakang Masjid setempat berdekatan dengan siring beton yang baru dibangun pemprov.
Hujan terang datang silih berganti sepanjang Sabtu tadi. Menjelang malam, guyuran hujan kembali deras disertai tiupan angin yang cukup kencang.
"Saat itu sekitar pukul 21.00 Wita, hujan cukup lebat dan angin bertiup cukup kencang. Saya langsung teringat dengan kapal dan bergegas ke luar rumah untuk melihatnya. Saya terkejut begitu tiba di lokasi, karena kapal saya sudah tak ada lagi," kata Rusdani.
Dibantu beberapa nelayan lainnya, dia menyisiri pesisir pantai setempat dan dalam jarak 20 meter mendapati kapalnya telah karam dengan kondisi hancur.
Malam itu, nelayan setempat juga sempat dilanda kegelisan karena kencangnya tiupan angin dan datangnya ombak besar.
Rusdani sedang mengumpulkan serpihan kayu kapalnya saat ditemui, Minggu (22/11). Bapak satu anak ini masih menebar senyum kendati bola matanya tampak nanar.
"Apes saya, Pak. Kapal saya jadi hancur begini. Padahal kapal ini satu-satunya sumber penghidupan keluarga saya. Saya sekarang bingung, tak tahu lagi bagaimana menghidupi anak istri," kata Rusdani.
Kapalnya memang rusak parah. Bentuknya pun nyaris tak bisa dikenali lagi. Beruntung mesinnya masih bisa diselamatkan, kendati harus dibongkar total karena sempat terendam air selama puluhan menit.
Rusdani telah memeriksa seluruh detil kapalnya. "Kerusakannya parah sekali. Tidak bisa diperbaiki lagi, karena bagian dasarnya pun pecah," kata Rusdani.
Semula Sabtu subuh, Rusdani bermaksud melaut namun urung karena cuaca yang kurang bersahabat yakni angin kencang dan ombak cukup besar. Kapalnya lalu ia tambatkan di belakang Masjid setempat berdekatan dengan siring beton yang baru dibangun pemprov.
Hujan terang datang silih berganti sepanjang Sabtu tadi. Menjelang malam, guyuran hujan kembali deras disertai tiupan angin yang cukup kencang.
"Saat itu sekitar pukul 21.00 Wita, hujan cukup lebat dan angin bertiup cukup kencang. Saya langsung teringat dengan kapal dan bergegas ke luar rumah untuk melihatnya. Saya terkejut begitu tiba di lokasi, karena kapal saya sudah tak ada lagi," kata Rusdani.
Dibantu beberapa nelayan lainnya, dia menyisiri pesisir pantai setempat dan dalam jarak 20 meter mendapati kapalnya telah karam dengan kondisi hancur.
Malam itu, nelayan setempat juga sempat dilanda kegelisan karena kencangnya tiupan angin dan datangnya ombak besar.
0 komentar:
Posting Komentar